Wednesday, March 25, 2009

Cerita Lama Yang Baru...

Aku masih ditanya soalan yang sama, tentang orang yang sama. “Why should you back him up after what he has done to you?” Kadang kala aku tidak faham, mengapa orang lain masih menyimpan marah terhadap dia sedangkan aku sendiri tidak pernah terfikir untuk memanjangkannya. Aku mempunyai banyak sebab untuk membenci dia. Bukan sedikit air mata aku mengalir kerana dia. Bukan sekali dua dia melukakan hati aku dan membuat aku sedih. Tetapi kenapa aku masih sayangkan dia? Sayang aku tidak pernah berubah sedikit pun. Selama mengenali dia, banyak kebaikan dia yang boleh aku senaraikan. Lebih dari cukup untuk membuatkan aku sayangkan dia. Dan sekarang serasa aku, senarai kebaikan itu telah berkurang. Namun aku tetap sayang dia seperti dulu kerana aku sayang dia bukan kerana senarai kebaikannya itu. Aku sayang dia sebab aku sayang dia. Bukan hanya dia. Aku juga sayang orang lain atas sebab yang sama.
Sebagai manusia yang punya perasaan, aku rasa sedih mendengar tuduhan, caci maki dan kata-kata tidak enak yang dilemparkan kepada aku. Aku pernah mendengarnya suatu masa dahulu. Aku sangka ianya sudah berakhir. Namun beberapa hari yang lepas, aku mendengar rentetan cerita yang membawa kepada pertanyaan “Why should you back him up after what he has done to you?” Ada rasa sangsi. Adakah itu sekadar cerita rekaan seorang anak yang ingin memburukkan aku di mata orang lain atau memang benar itulah kata-kata yang terkeluar dari mulut dia yang aku anggap insan paling penting dalam hidup aku. Itu sebahagian lagi cerita lama yang baru sampai ke telinga aku. Cerita yang mengundang air mata dan sebak di dada. Biarlah. Yang berlalu, biarkan berlalu, Mungkin mengambil masa untuk dilupakan tetapi aku ikhlas memaafkan. Aku tidak pernah merasakan aku menyayangi orang yang salah. Aku juga tidak pernah menyesal menyayangi sesiapa. Sayang aku untuk dia dan mereka masih ada, masih tidak luak sedikit pun. Apa yang terjadi tidak pernah membuatkan aku membenci dan berhenti memberi support kepada dia atau sesiapa jua. Hidup ini terlalu singkat untuk diisi dengan benci dan dendam tetapi akan lebih indah seandainya dipenuhi kasih sayang.
I know that I’m physically weak but deep inside me I’m stronger day by day. I wrote in my previous entry that when nobody gives a damn when I’m crying I’d better start laughing. They may not want to lend me a shoulder to cry on but they can have mine. They can have my ears though. Do I really have time for others, care for them and love them? I do, InsyaAllah. No matter what, I should respect other people’s life especially regarding what they want, their intention and their choice. I may support them but I have no right to change them. Yeah…this is so called the ‘mantra’ which I recite every time I look into the mirror.
The good old days are left behind. I should understand that although people (including me) don’t change but in some way they change. I can’t expect everything will remain the same although I wish many things remain as they are. Anyway, I just hope that I will not take anyone and anything for granted. One thing for sure, love is not love until you give it away…

Thursday, March 19, 2009

I'm Grounded

I'm stuck at home since yesterday with this 'stiff' bandage, 'rosy' bleeding nose plus 'on and off' headache. My fault, anyway. I may say it's a 'gift' for the 'hardworking'. After those hectic days I'm given this break. Luckily, I got this 'free line' which I can use till coming weekend. At least I still can work from home and communicate with the world. I'm gonna start a new chapter next week and I really hope everything will be all right by the time, InsyaAllah.

Wednesday, March 18, 2009

When nobody gives a damn when I'm crying, I'd better start laughing

Dale Carnegie menyebutkan sebuah kisah seseorang yang menderita luka bernanah di dalam ususnya. Keadaannya sangat parah sehingga para doktor mengatakan bahawa saat kematiannya telah hampir dan menyarankan agar pesakit tersebut mempersiapkan kain kafan untuk dirinya. Carnegie mengatakan: Tiba-tiba Earl R. Haney (nama pesakit itu) mengambil satu keputusan yang sangat mengejutkan di mana ia berfikir tentang dirinya: “Jika hanya sedikit waktu yang tersisa bagiku, mengapa aku tidak menikmati sisa waktu yang ada dengan apa sahaja yang aku sukai. Telah lama aku memendam keinginan untuk bermusafir keliling dunia sebelum kematian menjemputku. Maka sekaranglah waktu yang tepat bagiku untuk mewujudkan cita-citaku itu. Lalu dia pun membeli tiket perjalanan. Para doktor kebingungan seraya berkata kepadanya: “Kami memperingatkanmu agar jangan meneruskan perjalanan, jika kamu masih bersikap keras juga untuk meneruskannya, kamu pasti akan dikubur di dalam lautan!” Lalu dia menjawab: “Tidak, semuanya itu tidak akan pasti berlaku. Ini adalah kerana aku telah berjanji kepada semua keluargaku bahawa jenazahku tidak akan dikuburkan kecuali di perkuburan keluarga.
Maka Earl . Haney pun segera naik perahu sambil menyenandungkan syair yang diilhami oleh apa yang dikatakan oleh Umar Khayyam:

Mari kita ikuti kisah seorang anak manusia
dan kita lupakan usia
dengan keindahan bintang di malam hari.
Tidur tak mampu memperpanjang usia manusia.
Berjaga malam
juga tidak mengurangi umur manusia sedikit pun.

Maka mulailah dia menempuh sebuah perjalanan yang dipenuhi dengan suka ria dan gembira. Suatu hari, dia mengirim sepucuk surat kepada isterinya yang berbunyi: “Aku makan dan minum dengan begitu nikmatnya di atas kapal ini. Aku nyanyikan senandung-senandung indah dan aku makan kesemua makanan sehingga makanan berlemak yang dilarang sebelumnya. Aku menikmati saat yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya selama hidup ini. Lalu apa lagi yang aku perlukan?”
Dale Carnegie menyatakan bahawa pemuda tersebut telah sembuh dari penyakitnya, kerana dia telah menempuh cara yang efektif dalam melawan dan mengalahkan penyakit yang dideritainya.
Namun secara peribadi, aku sama sekali tidak setuju dengan bait-bait Umar Khayyam kerana di dalamnya terdapat beberapa perkara yang menyimpang dari ajaran ketauhidan. Namun maksud dan kisah ini adalah sekadar untuk menunjukkan bahawa kebahagiaan, kegembiraan dan ketenangan lebih mujarab dibanding pengubatan doktor.

(‘Aidh ‘Abdullah Al-Qarni, Jangan Bersedih, Kerana Sesungguhnya Kehidupan Itu Singkat Dari Apa Yang Anda Bayangkan)

Membaca kisah ini membuatkan aku semakin teruja untuk meneruskan hidup dengan berbekalkan kebahagiaan, kegembiraan dan ketenangan. Bagaimana? Dengan melakukan apa yang aku suka dan mencapai apa yang aku inginkan dalam hidup. Dan sebenarnya, bahagia, gembira dan tenang itu datangnya dari diri aku sendiri bukan dari orang lain. Live well or live hell, I choose. Yeah…things are easier said than done. Terlalu banyak ujian dan dugaan. Namun, ‘Adakah mereka merasakan mereka telah beriman sedangkan mereka belum diuji? (Al-Ankabut: 29:2).Ayat ini aku pegang untuk mengubat luka bila hati dan diri diuji. Lagipun, Dia tak akan bebankan hamba-Nya dengan apa yang hamba-Nya tidak mampu.

‘Kami tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (daripada kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat seksa (daripada kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): “Ya Tuhan kami, janganlah engkau hokum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami, jangan Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami, ampunilah kami, dan rahmati kami. Engkaulah penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.’ (Al-Baqarah: 286)

I drive my life with great enthusiasm and love. I share about what I want with my friends and strangers. Not just the business for sure. It’s up to them whether they wanna join me or not. When they choose to join me, it’s still up to them to create what is next for them. Life breaks us all, but in the end, we are stronger in the broken places. I’m moving on, anyway and I found that the only comfort is knowing we’re proudly smart enough to live life the way we want it, though others will never fail to try to screw it for us, we prove them wrong. Again and again. I’m moving on with this ‘sort’ of life. When I feel things are too much to bear and I wish to go I remember this: ‘None of you should long for death because of a calamity that had befall him; and if he cannot, but long for death, then pray, “Oh Allah, let me live as long as life is better for me, and take my life if death is better for me.” (Hadith Sahih Al-Bukahri. Narrated from Anas)

There are times when strangers are like family. They are wonderful people who picked up my pieces and glued it back together with tender-loving-care, patience and unconditional love. My anchor throughout the storm and turbulence. My silver-lining bearers and my very own Godsend blessings. I know that I still have them. It just that...when nobody gives a damn when I'm crying, I'd better start laughing.

Thursday, March 12, 2009

Farewell Letter From A Genius

Gabriel Garcia Marquez, famous writer from Colombia, and Nobel Peace Prize winner for literature, has retired from public life for reasons of health. He has a form of cancer, which is terminal. He has sent a farewell letter to his friends.

It is recommended reading because it is moving to see how one of the best and most brilliant of writers expresses himself & with sorrow. (Even as I'm sure this would have sounded twice as good in Spanish, let us enjoy the English version nonetheless)

He says:

If God, for a second, forgot what I have become and granted me a little bit more of life, I would use it to the best of my ability.

I wouldn't, possibly, say everything that is in my mind, but I would be more thoughtful of all I say. I would give merit to things not for what they are worth, but for what they mean to express.

I would sleep little, I would dream more, because I know that for every minute that we close our eyes, we waste 60 seconds of light.

I would walk while others stop; I would awake while others sleep.

If God would give me a little bit more of life, I would dress in a simple manner, I would place myself in front of the sun, leaving not only my body, but my soul naked at its mercy.

To all men, I would say how mistaken they are when they think that they stop falling in love when they grow old, without knowing that they grow old when they stop falling in love.

I would give wings to children, but I would leave it to them to learn how to fly by themselves.

To old people I would say that death doesn't arrive when they grow old, but with forgetfulness.

I have learned so much with you all, I have learned that everybody wants to live on top of the mountain, without knowing that true happiness is obtained in the journey taken & the form used to reach the top of the hill.

I have learned that when a newborn baby holds, with its little hand, his father's finger, it has trapped him for the rest of his life.

I have learned that a man has the right and obligation to look down at another man, only when that man needs help to get up from the ground.

Say always what you feel, not what you think. If I knew that today is the last time that I am going to see you asleep, I would hug you with all my strength and I would pray to the Lord to let me be the guardian angel of your soul.

If I knew that these are the last moments to see you, I would say 'I love you'.

There is always tomorrow, and life gives us another opportunity to do things right, but in case I am wrong, and today is all that is left to me, I would love to tell you how much I love you & that I will never forget you.

Tomorrow is never guaranteed to anyone, young or old.

Today could be the last time to see your loved ones, which is why you mustn't wait; do it today, in case tomorrow never arrives. I am sure you will be sorry you wasted the opportunity today to give a smile, a hug, a kiss, and that you were too busy to grant them their last wish.

Keep your loved ones near you; tell them in their ears and to their faces how much you need them and love them. Love them and treat them well; take your time to tell them 'I am sorry';' forgive me',' please' 'thank you', and all those loving words you know.

Nobody will know you for your secret thought. Ask the Lord for wisdom and strength to express them.

Show your friends and loved ones how important they are to you.

Send this letter to those you love. If you don't do it today...tomorrow will be like yesterday, and if you never do it, it doesn't matter either, the moment to do it is now.


For you, with much love,

Your Friend,
Gabriel Garcia Marquez

Wednesday, March 11, 2009

If Today Was Your Last Day

My best friend gave me the best advice
He said each day's a gift and not a given right
Leave no stone unturned, leave your fears behind
And try to take the path less traveled by
That first step you take is the longest stride

If today was your last day
And tomorrow was too late
Could you say goodbye to yesterday?
Would you live each moment like your last?
Leave old pictures in the past
Donate every dime you have?
If today was your last day

Against the grain should be a way of life
What's worth the prize is always worth the fight
Every second counts 'cause there's no second try
So live like you'll never live it twice
Don't take the free ride in your own life

If today was your last day
And tomorrow was too late
Could you say goodbye to yesterday?
Would you live each moment like your last?
Leave old pictures in the past
Donate every dime you have?
Would you call old friends you never see?
Reminisce of memories
Would you forgive your enemies?
Would you find that one you're dreaming of?
Swear up and down to God above
That you finally fall in love
If today was your last day

If today was your last day
Would you make your mark by mending a broken heart?
You know it's never too late to shoot for the stars
Regardless of who you are
So do whatever it takes
'Cause you can't rewind a moment in this life
Let nothing stand in your way
Cause the hands of time are never on your side

If today was your last day
And tomorrow was too late
Could you say goodbye to yesterday?
Would you live each moment like your last?
Leave old pictures in the past
Donate every dime you have?
Would you call old friends you never see?
Reminisce of memories
Would you forgive your enemies?
Would you find that one you're dreaming of?
Swear up and down to God above
That you finally fall in love
If today was your last day

Sunday, March 8, 2009

I Still Have So Much Love In Me

Aku melalui detik-detik yang agak sukar sejak beberapa minggu yang lepas. Aku bukan saja berdepan dengan pelbagai situasi yang memenatkan dan menjengkelkan tetapi aku juga terpaksa menghentikan treatment buat seketika. Kali ini aku yang membuat keputusan bukan abang dan uncle yang berkot putih itu :-) Aku tahu keputusan aku ini seolah-olah membunuh diri sendiri kerana aku tahu kesannya. Kini, kesannya kian terasa. Dalam perjalanan tadi aku hampir berpatah balik kerana pendarahan dan kepalaku berdenyut keras. Disebabkan tekanan yang aku hadapi sejak beberapa hari ini keadaan aku agak lemah serta kerap mengalami pendarahan. Tetapi aku kuatkan semangat dan serahkan segalanya kepada Dia. Alhamdulillah aku pergi dan pulang dengan selamat. Rancangan untuk meneruskan perjalanan ke utara aku tangguhkan dulu. Mudah-mudahan dapat dilaksanakan dalam waktu terdekat. Alhamdulillah juga selepas berehat seketika aku rasa agak sihat dan mampu menulis catatan ini.
Minggu lalu, Nisa si remaja yang terlantar kerana pneumonia itu bertanya aku bagaimana perasaannya apabila kita tahu kita tak akan hidup lama. Aku hanya tersenyum sambil mendengar celotehnya bercerita tentang perasaannya dan apa yang dia ingin lakukan kalau itu yang berlaku kepadanya. Aku sendiri tidak pernah terlalu memikirkannya kerana mati itu pasti. Aku belum bersedia untuk mengucapkan salam terakhir. Aku mahu hidup seribu tahun lagi dan aku mahu lakukan apa yang aku inginkan dalam hidup ini. Biar keseorangan namun perjalanan ini perlu diteruskan. Kerana itu juga aku sedaya upaya bangkit semula setiap kali aku jatuh. Ibaratnya, semalam aku sedih dan menangis. Hari ini aku usap air mata semalam, senyum dan teruskan hidup untuk mencapai impian aku.
Ya…aku perlu teruskan hidup. Aku perlu teruskan hidup untuk mencapai impian aku. Hidup memerlukan pengorbanan. Untuk mencapai impian juga memerlukan pengorbanan. Dan bukan sedikit yang aku korbankan untuk hidup dan impian ini. Ada masanya nyawa jadi taruhan seperti hari ini. Itu pilihan aku dan aku bertanggungjawab sepenuhnya atas pilihan itu. Aku berkorban untuk hidup dan impian aku. Orang lain juga berkorban untuk hidup dan impian mereka. Cuma aku sudah tidak mengharapkan apa-apa lagi. Kalau ada yang bertanya atau memberi aku akan menerima, namun untuk meminta mungkin tidak. Jalan yang aku pilih ini bukan jalan pintas tetapi jalan ini aku pilih kerana aku tidak sanggup lagi dianggap mementingkan diri sendiri.
Aku tahu banyak yang sudah berubah. Terlalu banyak perkara dan kata-kata yang hanya benar pada suatu masa dahulu. Kini, semua itu tiada ertinya lagi. Mungkin hanya aku yang cuba untuk mengekalkan apa yang ada sedang mereka telah melangkah jauh. Aku hanya mahu bertanggungjawab untuk sesuatu yang sentiasa benar. Bertanggungjawab untuk mengekalkan sesuatu yang suatu masa dulu membahagiakan dan menggembirakan. Yang menyedihkan dan yang menyakitkan itu tidak perlu dikenang lagi. Mungkin sampai bila-bila pun mereka tidak akan faham dan menganggap aku mahu terus hidup dalam sejarah silam. Biarlah. Tuhan lebih mengerti.
Selepas hari ini, aku pasti aku akan menangis lagi. Seperti semalam dan hari-hari sebelumnya air mata ini akan mengalir tanpa ada yang mengusapnya. Tidak ada bahu untuk aku melepaskan sebak di dada. Tidak ada pelukan yang memberi kekuatan. Inilah takdir hidup aku dan aku harus menghadapinya. Aku akan cuba untuk tidak mengendahkan perkara-perkara kecil dan remeh yang sering membuatkan aku sedih. Aku akan cuba untuk tidak berjauh hati sekiranya aku tak dipedulikan. Biarlah mereka tidak memahami apa yang aku inginkan dalam hidup namun aku tidak akan berhenti di sini. Aku berdoa agar Dia terus memberi aku kekuatan. Aku tahu sakit ini kian melemahkan aku tetapi aku mahu terus berjuang untuk hidup dan mencapai impian aku. Aku tidak akan bercakap apa-apa lagi kepada sesiapa pun tentang sakit ini. Sakit ini kadang kala menyiksakan namun biarlah aku tanggung sendiri. Yang paling penting, aku mahu sentiasa ada untuk mereka. Aku mahu mengisi sisa hidup ini dengan kasih sayang kerana aku tahu itulah kekuatan aku selama ini. Aku mahu disayangi oleh mereka yang tinggal di langit seperti sabda Rasulullah S.A.W: Kasihilah mereka yang berada di bumi nescaya kamu akan dikasihi oleh mereka yang tinggal di langit.
Someone once told me that he couldn’t stop thinking of how much I had sacrifice for other people, how much I had contribute to others and how much love I had in me. I may not sacrifice and contribute that much but I know and I strongly believe that I still have so much love in me. After all those sacrifices and contributions, all those hurts and sorrows, I’ve decided that I don’t care if I’m no longer in the group or even in their life. I don’t care if I’m not ‘qualified’ to be in the team. But I’m not going anywhere and I’m not going to stop or quit. I'm right here if they need me. Anyway, it's fine if they don’t need me anymore. After all what so good about me that make people wanna keep me? So I chose to do it my way and I’m doing it my way. Am I wrong for doing that way?

Selagi ada hayat ini
Kujunjung kebahagiaanmu
Tapi bila sampai waktuku
Doa dan restuku menjagamu selalu

Thursday, March 5, 2009

Kerana Aku Sakit

Mahu santai makan-makan dan minum-minum, kenapa aku tak diajak?
Kerana aku sakit dan perlu berehat

Mahu jumpa bincang-bincang tentang bisnes, kenapa aku tak diajak?
Kerana aku tak berminat dengan bisnes
Kalau mahu santai, pasti aku diajak
Tapi kenapa aku tetap tak diajak?
Oh ya…kerana aku sakit dan perlu berehat

Mahu jumpa berkumpul orang baru & orang lama, kenapa aku tak diajak?
Kerana aku sibuk
Oh ya…aku sibuk berehat di rumah kerana aku sakit walhal tiada siapa yang mengajak
Bila aku mengungkit kenapa aku tak diajak
Jawabnya setiap kali mahu jumpa mestikah diberitahu dan diajak seluruh dunia?
Oh...tiada lagi alasan kerana aku sakit

Perjumpaan hujung minggu
Aku pinta pengecualian kerana aku sakit
Ya...tidak mengapa kerana aku memang sakit
Penghabisannya aku dilupakan terus
Bukan kerana aku sakit
Tapi dikatakan kerana aku sendiri yang meminggir
Terasa menyesal memberitahu aku sakit
Kerana sakit ini mengundang sakit yang lebih sengsara

Kerana aku sakit
Ada yang langsung tak peduli
Jangan berharap orang memahami
Tak bertanya khabar sebab tak mahu busy body
Namun ada kesulitan aku juga yang dicari
Ada yang mula ingatkan aku tentang priority
Perlu jaga diri sendiri dan jaga family
Tak lupa perlu dijaga banyak lagi hati
Lalu aku serahkan kepada Rabbul Izzati
Aku ke sana sini risiko tanggung sendiri
Nyawa dipertaruh dan diperjudi
Bukan baru sekarang aku lalui
Tapi sejak aku tahu apa yang aku ingini
Buat apa-apa pun pilihan sendiri
Bertanggungjawab itu yang pasti
Erti hidup pada memberi
Kalau mati itu ketentuan Ilahi
Sakit tak bermakna bataskan diri
Pandai-pandailah membawa diri dan berdikari
Kerana bisnes ini pun milik sendiri
Sakit bukan alasan minta simpati
Yang terlantar dan yang buta pun mampu majukan diri

Kerana aku sakit
Ada yang terlebih peduli
Bimbang aku tak tahu jaga diri
Takut aku terganggu emosi
Mahu aku diam tak berkutik
Mahu aku melapor setiap detik
Agar aku tidak terus sakit

Ya…semuanya kerana aku sakit
Kadang kala aku tertanya-tanya
Sakit ini buat aku kian bermaya
Atau makin tenggelam punca?
Sakit ini menyusahkan siapa
Aku atau mereka?

Kerana sakit ini
Terkadang aku jadi keliru
Antara teman dan seteru
Kerana sakit ini
Ada masanya aku terpaksa merayu
Agar ada yang sudi menyokong dan membantu
Kerana sakit ini
Aku mudah hiba dan sayu
Sebaris ayat pun bisa membuat tangisanku berlagu

Kerana sakit ini
Tuhan anugerahkan kasih abadi
Buat seketika sebelum dia pergi
Kerana sakit ini
Aku temui apa yang dicari
Biar jalan beronak duri
Akan kutempuh menuju destinasi

Patah Tumbuh, Hilang Tak Berganti

Pagi ini aku ziarah abang buat kesekian kalinya. Kebelakangan ini aku lebih selesa bersendirian atau menghabiskan masa di sini selain meluangkan masa dengan anak-anak, adik-adik dan teman-teman yang memerlukan sebelum aku kembali bekerja. Aku rasa lebih tenang berada dengan mereka yang menerima aku seadanya. Mereka yang tidak pernah peduli status diri aku. Mereka tidak pernah merasakan aku akan merampas apa-apa daripada mereka tetapi aku datang dengan kasih sayang untuk mereka. Mereka tidak memandang aku sebagai seorang anak dara tua yang kesepian tetapi aku hadir untuk mengubat kesunyian mereka serta mendengar cerita dan keluh kesah mereka. Mungkin inilah dunia yang ditakdirkan untuk aku.
Selama ini hanya abang yang mengetahui sejarah hidup aku. Sejarah yang mencorakkan hidup aku menjadi manusia yang berdikari, memendam perasaan dan tidak tahu menunjukkan emosi. Hanya abang yang tahu mengapa aku membawa diri jauh dari keluarga aku sendiri. Hanya abang yang tahu semuanya dan dia menyimpannya kukuh sehingga ke akhir hayat. Dia mengembalikan segala yang hilang dalam diri aku. Dia mengajar aku untuk memanfaatkan hidup dengan memberi dan berkongsi kasih sayang. Aku tahu betapa dia sayangkan aku apabila dia mengalirkan air mata kerana aku putus asa dan tidak mahu meneruskan hidup. Dia terlalu banyak memberi sehingga aku tidak mampu membalas.
Setelah abang pergi, hidup aku terasa tiada erti lagi. Namun aku perlu teruskan hidup. Aku tahu tak mungkin aku temui insan lain seperti abang. Pernah suatu ketika, aku merasakan kebahagiaan itu berulang tapi hanya untuk sedetik. Terlalu banyak dugaan terpaksa aku hadapi sekadar untuk menumpang kasih seorang saudara. Akhirnya aku hanya pasrah. Aku sudah tiada kekuatan untuk membongkar sejarah silam hanya untuk membuatkan orang lain faham apa yang pernah dan sedang aku lalui. Cukuplah. Aku sudah terlalu penat sehingga ada masanya aku mahu melelapkan mata dan tak mahu bangun lagi.
Seandainya mereka tahu, dalam hati aku hanya ada kasih dan sayang. Tiada lagi cinta. Dengan keadaan begini aku tidak mengimpikan yang indah-indah. Aku tidak mengharapkan sesiapa untuk menemaniku sehingga akhir hayat. Mungkin bersendirian lebih baik agar tiada sesiapa lagi yang merasakan kehadiran aku hanya menyusahkan.